Senin, 28 Februari 2011

SERMON LUKAS 10:38-42

BAHAN SERMON UNTUK MINGGU ESTOMIHI
MINGGU ESTOMIHI: JADILAH BAGIKU GUNUNG BATU DAN TEMPAT PERLINDUNGAN, KUBU PERTAHANAN UNTUK MENYELAMATKAN AKU, 06 MARET 2011
EV : Lukas 10:38-42         EP : I Kor 13:1-13 (13 )

DENGARKAN TUHAN, BARU LAKUKAN AKTIVITASMU!

I.      Pendahuluan.
Dalam perikope ini diceritakan bagaimana Yesus merespons dua saudara perempuan Marta dan Maria dalam siatuasi mereka kerika Yesus datang ke rumahnya. Ketika itu kedua perempuan ini menyambut Yesus dengan karakter yang berbeda: Marta menyibukkan diri dengan mempersiapkan bermacam-macam makanan tentunya dengan maksud natinya Yesus senang ketika mecicipinya. Sebaliknya Maria memilih duduk dekat kaki Yesus, dia tenang mendengar dan merenungkan perkataanNya. Tentunya kedua pekerjaan mereka adalah bermamfaat dan penting; Akan tetapi terbukti Yesus mencela Marta dengan watak yang dia miliki, kenapa..? mari kita lihat dalam penjelasan berikut!
II.   Penjelasan nats.
1.     Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Rumah Marta terdapat di Betania (Yoh:11:1). Kota ini, semacam pemukiman yang berkembang dalam hubungan dengan kota tua yakni Yerusalem. Dari teks ini secara harafiah dapat kita mengerti bahwa Marta menerima kehadiran Yesus di rumahnya serta merta mau melayani Yesus di rumahNya.
2.     Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya. Biasanya jika seseorang duduk dekat seorang guru/pengajar; dianya bersikap duduk bersimpuh sambil menghadap si pengajar dengan penuh perhatian. Ini juga berarti si pendengar hanya memusatkan perhatiannya kepada sang pengajar dan harus mengabaikan apa dan siapapun.
3.     Sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku. Nah disinilah kita lihat persoalannya. Ketika mereka sibuk dengan pelayanan masing-masing tanpa ada rasa cemburu dan menjelek-jelekkan sesama; terlihat kehidupan mereka baik-baik saja dan Yesus pun tidak mengomentarinya. Tetapi setelah Marta iri/cemburu dan menunjukkan kemarahannya pada Tuhan dengan menuduh bahwa Maria membiarkannya bekerja sendiri, dan lebih parah lagi bahkan dengan lantang Marta mengatakan Yesus tidak peduli dengan situasi tersebut! Bagi Marta Yesus terlena dengan percakapan dengan Maria sehingga tidak menyuruhnya melakukan perkerjaan yang lebih berguna mempersiapkan makanan. Dan mungkin juga dia pikir Maria bersembunyi untuk tidak melakukan pekerjaannya dengan cara bercakap-cakap dengan Tuhan Yesus. Disinilah letak kesalahannya; seharusnya dia melakukan pekerjaannya dalam menyambut Yesus dirumahnya dengan hati yang tulus dan membiarkan Maria adiknya berguru kepada Guru Agung Yesus…mungkin sikap Yesus kepadanya akan berbeda. Dan seharusnya dia harus tahu bahwa mendengar Yesus duduk disampingNya itu jauh lebih penting daripada yang dia lakukan, walaupun sesungguhnya pelayanan mempersiapkan makanan tersebut juga sangat berguna.
4.     Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Mungkin kita sependapat,  sesungguhnya apa yang Marta lakukan adalah hal yang penting dan berguna. Akan tetapi sebenarnya jauh lebih berguna mendekat kepada Yesus dan mendengarkanNya. Yesus mencela tindakan Marta yang terlalu sibuk bahkan kwatir memikirkan ini dan itu untuk kehidupan secara jasmani bagi Yesus dan murid-muridNya sehingga ia melupakan hal terpenting yang harus dia peroleh dengan hadirnya Yesus di rumahNya yakni mendengarkan FirmanNya. Teguran Yesus ini barang kali bukan hanya karena dia melakukan kesibukan mempersiapkan makanan dan minuman, akan tetapi Yesus juga menentang suatu kebiasaan bahwa pekerjaan/pelayanan perempuan itu hanya di dapur. Yesus juga berhak dalam pelayananmendengar dan memperdengarkan Firman Tuhan.
5.     Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Dengar perkataan ini dengan tegas dikatakan bahwa Maria telah memilih yang terbaik yakni duduk dekat Yesus dan mendengarkanNya. Jadi mendengarkan kebenaran firman Yesus secara langsung seperti Maria maupun secara tidak langsung seperti membaca Alkitab, mendengarkan khotbah adalah perkerjaan yang terutama dan terbaik. Kerelaan mendengar dengan baik kemudian mengaminkan dengan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian Firman itu akan membimbing, mengajar, mendidik, menegur, membangun bahkan menghancurkan pola pikir yang lama dan menganntikannya dengan yang baru di dalam Kristus (2 Tim 3:16-17)
III.                             Aplikasi.
1.     Sebagai cipataan Tuhan kita berkewajiban bersyukur, memuji dan menyembahNya, perbuatan seperti ini adalah menyenangkan hati Tuhan. Pertanyaannya, sudahkah hidup kita menyenangkan hati Tuhan ?  Martha dan Maria sama-sama berusaha menyenangkan hati Tuhan. Langkah awal sebenarnya berhasil dengan sikap mereka menerima Yesus hadir di rumahnya. Akan tetapi selanjut Marta , keinginan menyenangkan hati tamu Agung itu dilakukannya dengan sibuk  mempersiapkan makanan istimewa, sehingga ia terlihat sangat sibuk. Sedangkan Maria duduk tenang dekat kaki Tuhan dan mendengarkan segala PerkataanNya. Dengan demikian apakan Yesus senang dengan kesibukan Marta? Tidak! Tuhan Yesus justru menilai apa yang dilakukan Marta adalah perwujutan rasa kwatir seseorang. Yang pada akhirnya hanya menyusahkan diri sendiri. Kita juga sering seperti Marta dengan melakukan aktivitas dan rutinitas kehidupan sehari-hari sehingga merasa tidak ada waktu untuk mendengar Tuhan ataupun dalam pelayanan Gereja. Tidak jarang kita dengar jawaban dari warga Kristen ketika diajak dalam Pelayanan di Gereja: Maaf..saya tidak punya waktu..!
2.     Tidak jarang kehidupan orang Kristen pada saat ini seperi Marta. Walaupun sudah menerima Yesus hadir dirumahnya atau dalam hidupnya, tetapi rasa kwatir tetap menghantui kehidupannya. Orang yang sudah menjadi penatua, aktif dalam organisasi gereja tetapi belum menunjukkan sikap layaknya seperti Maria. Dari segala aktivitas dalam kehidupan kita, sebagai pengikut Kristus jangan lupa hal yang paling esensi dalam kehidupan kita adalah mendengar Tuhan Yesus. Relasi kita dengan sang Pencipta adalah mendenngarkanNya kemudian melakukan apa yang kita dengarkan. Orang yang hidup bersama dengan Tuhan tidaklah cukup hanya dengan rajin berdoa, ke gereja, menjadi penatua atau aktif dalam team koor, akan tetapi bagaimana dia hidup menunjukkan jati dirinya lewat perkataan dan perbuatan sehari-hari betul-betul sebagai orang Kristen.
3.     Ada orang bijak mengatakan: Dalam hidup ini banyak hal yang penting, tetapi lakukanlah dahulu hal yang terpenting. Inilah yang telah berhasil dilakukan oleh Maria. Kita juga seharusnyalah seperti Maria, ketika bertemu Yesus dia duduk diam dan mendengarkannya. Banyak orang datang ke Gereja atau partangiangan, akan tetapi samapai disana dia sibuk memikirkan hal-hal duniawi bahkan berbicara-bicara dengan disekelilingnya sehingga dia tidak bertemu dan mendengarkan Yesus.
IV. HUKUM TAURAT I-IV.
V.    KJ NO: 1.15;1-3  2 344;1+4.  3. 29:1+3  4. 367;1+6  5. 376:1…6. 400:2-3 7. 346:1..

SEMINAR AREA HAGGAI INSTITUT DI HKBP SIRISIRISI


PANITIA SEMINAR AREA HAGGAI INTSTITUT
DOLOK SANGGUL - HUMBANG HASUNDUTAN

Apa itu Haggai Institute ?
Haggai Institute adalah sebuah lembaga pelatihan kepemimpinan kristen yang berpusat di Mawi – Hawai, Amerika Serikat,  yang juga sudah dikembangkan dan diadopsi di ratusan negara di dunia, termasuk Indonesia.
Seminar/ pelatihan ini diselenggarakan dalam rangka membuka hati dan pikiran para pemimpin Kristen kembali, memperluas wawasan, serta memberdayakan para pemimpin Kristen untuk mengkaji ulang kehidupan dan pelayanannya, mempertajam gol-gol kehidupan dan pelayanan, serta mengevaluasi dan menemukan strategi pelayanan dan pengembangan gereja yang tepat dan kontekstual.
John Edmund Haggai sebagai ‘founder’dari institusi ini, pertama kali mendapatkan visinya pada tahun 1968, dalam satu kesempatan pertemuan para pemimpin kristen se-dunia di Pulau Bali – Indonesia.

Maka sejak tahun 1969 (seminar Haggai Institute yang pertama yang dilaksanakan di  Eropah) sampai saat ini, seminar kepemimpinan ini terus dilaksanakan dan dikembangkan dalam berbagai  jenis seminar, antara lain:
Seminar Area(12 sesi): 3 hari
Seminar Nasional (30 sesi): 5 hari
Seminar Internasional ( 25 hari, dan hanya dilaksanakan di Mawi – Hawai, dan Singapore)
Seminar khusus, dll
Khusus di Sumatera Utara, kerjasama dengan PGIW-SU telah menyelenggarakan seminar Area dan Seminar Khusus  sejak tahun 2009 dan telah melaksanakan 8 kali seminar (tahun 2009) dengan meluluskan 200 alumni. Dan pada tahun 2010 ini, juga telah melaksanakan 6 kali seminar dengan meluluskan 200 orang alumni

Visi Haggai Institute:
Membantu memastikan Injil  agar Injil diberitakan dalam kuasa Roh Kudus dan sesuai dengan konteks budaya setempat.
Misi Haggai Institute:
Memperlengkapi pemimpin Kristen agar dapat menginjili bangsanya sendiri dan melatih pemimpin kristen lainnya untuk melakukan hal yang sama.
Tujuan Haggai Institute:
Meningkatkan kualitas pemimpin Kristen, sehingga mereka dapat memberitakan Injil dengan lebih efektif dan berlipat ganda.
Seminar Area:
Seminar Area ini diselenggarakan selama 3 (tiga) hari, (12 sesi) secara khusus untuk Pemimpin Kristen, Gereja, Lembaga, dsb.

Peserta:
Pimpinan Gereja: Pendeta Resort, Pendeta Jemaat.
Pimpinan Jemaat: Guru Jemaat, Pengantar Jemaat, Ketua Majelis, dsb.

Para Penatua, Majelis dan Aktivis gereja/ Jemaat
Praeses, Korwil, Distrik Supritendence (DS), Ketua Klasis, dan sejajarannya.
Dan Pemimpin Kristen lainnya.

Waktu dan Tempat pelaksanaan seminar: 
               7 - 6 Maret  2011                                :  HKBP SIRISI – RISI DOLOK SANGGUL
                Pembukaan: Hari Pertama           : Pkl. 09.00 WIB
                Penutupan: Hari Ketiga                 : Pkl. 14.00 WIB.


Materi Seminar:
Biblical Mandate of Evanggelism
Effective  Wistness  in Leadership and Goal Setting
Integrity and Stewardship


Para  Faculty/ Nara sumber :
Christono                            (Jakarta)
Priest Depari                      (Jakarta)
David                                     (Jakarta)

Catatan : Peserta yang Lulus akan mendapat Sertifikat

PANITIA SEMINAR AREA HAGGAI INTSTITUT
DOLOK SANGGUL - HUMBANG HASUNDUTAN

KETUA                                                 SEKRETARIS


PDT HT FRESLEY SIMAMORA             PDT HAPOSAN SIANTURI, S.TH
PENASEHAT
PRAESES HKBP                                                PRAESES HKI


PDT BONAR NABABAN DPS                PDT LO SIREGAR S.TH

Minggu, 13 Februari 2011

GEREJA KEMBALI DIBAKAR

Ketika pencobaan datang, memang kita sering sulit menerimanya. Bagaimana kita mengatakan bahwa Tuhan kita Agung, mulia serta maha Kuasa.........sementara gerejaNya dihancurkan dan dibakar? Seakan-akan Tuhan kita juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Saudara/i ku saya yakin dan percaya..Tuhan tetap bersama dengan setiap orang yang percaya kepadanya dan menyertainya.
Melalui persitiwa-peristiwa seperti ini kita diingatkan begitu berharganya persatuan dan kesatuan gereje-gereja yang bernaung dibawah Salip Kristus.
Kita harus sadar kita sulit dipersatukan, alias gereja-gereja sekarang bandel (jugul). Pada hal Dia sudah sampai menitikkan keringat laksana darah untuk kesatuan kita.
Kita terlalu sibuk dengan gereja kita....kita terlalu mempersoalkan rumusan dogma kita  yang berbeda...
kita mengklaim gereja kita yang benar...baptisan kita yang benar...iman kita yang benar...
kembali kita makin sulit bertemu apalagi bersatu..
Wahai saura/iku  terlebih para hamba Tuhan...mari kita bersatu padu..sehingga rasa empaty kembali timbul di hati kita masing-masing...rasa 'KASIH SAYANG" Sebagaimana kristus menyayangi kita kembali ada di hati ita masing-masing..
Puji Tuhan....Syaloom. salam Valenteen

Senin, 31 Januari 2011

KASIH YESUS UNTUK SETIAP ORANG YANG PERCAYA KEPADANYA

KASIH KRISTUS UNTUK SEMUA ORANG YANG PERCAYA KEPADANYA!
(matius 8:5-13)
I.              Pendahuluan.
Dalam perikope ini, diberitakan tentang mujizat yang diperbuat Yesus kepada hamba seorang perwira Romawi. Peristiwa itu terjadi di Kapernaun yang percaya kepadaNya dan datang memohon. Iman perwira Romawi itu melampaui iman yang dilihat Yesus di kalangan orang Yahudi karena memadukan keprihatinan penuh kasih sayang terhadap orang lain dengan kepercayaan yang besar pada Kristus. Tidak ada sebelumnya hubungan Yesus dengan hamba dan perwira tersebut, tetapi Dia memberikan permintaan perwira tersebut karena dia datang, memohon dalam iman yang luar biasa.
II.           Keterangan Nats.
Ada dua hal yang dapat kita gumuli dalam perikope ini :
1.        Sudah menjadi realitas dalam Kerajaan Romawi; bahwa setiap tuan berkuasa penuh akan budaknya (hamba). Lebih ironis lagi para penduduk disetarakan dengan hewan atau benda mati. Tidak ada yang peduli dengan apa yang terjadi dengan kehidupan mereka. Budak adalah sosok manusia yang sangat lemah, tidak berdaya, hina tidak memiliki status dalam kehidupan di masyarakat. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk memilih dan bercita-cita supaya hidup lebih baik. Hak kemanusiaannya hilang begitu saja dihadapan para tuan dan penguasa, hampir boleh dikatakan bahwa mereka tidak berarti.
2.        Siapakah Perwira Romawi tersebut? Perwira-perwira (Centurions) adalah tulang punggung yang paling penting dalam ketentraan Romawi. Pasukan Legiun elit Romawi pada masa itu adalah 6000 orang, kemudian dibagi menjadi 60 bagian; masing-masing 100 prajurit. Tiap bagian inilah yang dipimpin seorang perwira. Moral seluruh tentara Romawi banyak terletak pada seluruh pasukan elit ini, terlebih pada perwira-perwira mereka. Dapat disimpulkan bahwa setiap perwira adalah tentunya orang yang cerdas, tangguh, penuh perhitungan serta mahir akan berbagai strategi perang, orang yang seperti inilah yang datang memohon kepada Yesus.
Kedua kenyataan di atas mewakili realitas social bermasyarakat Romawi bahkan juga pada kehidupan kita masa kini. Secara luar biasa kita lihat disini bahwa orang cerdas, pintar, berpengaruh serta disegani memiliki iman yang juga tangguh. Hal itu terlihat bagaimana perwira itu dengan “penuh kasih” memiliki perhatian terhadap semua orang yang disekelilingnya, bahkan kepada orang di masyarakat dipandang  tidak berarti seperti hambanya. Kasih yang dimiliki perwira ini telah menebus tembok pemisah yang telah terbangun dalam kehidupan social bermasyarakat di kehidupan Romawi. Dia adalah sosok pemimpin tidak saja hanya tangguh memimpin anggotanya tetapi memiliki kasih dan iman yang tangguh juga. Perwira ini menjungkirbalikkan kenyataan hidup yang pada sat itu; jika kehidupan sehari-hari para majikan atau tuan-tuan tidak peduli dengan budaknya, dalam teks ini kita bertemu dengan seorang terhormat yang mau menghormati, menghargai sekaligus mengasihi harkat dan martabat hambanya. Dia benar-benar manaruh empaty kepadanya hambanya. Ada dorongan yang kuat dalam dirinya untuk berbuat yang baik bagi hambanya itulah yang disebut kasih sayang.
Kasih sayang terhadap sesamanya itulah yang menghantarnya bisa datang, bertemu berbicara dan memohon kepada Yesus. Tidak ada informasi yang jelas bagaimana dia mengenal dan
punya rencana menemui Yesus. Akan tetapi boleh disimpulkan cinta kasih yang ada dalam dirinyalah yang mendorong dan mempertemukannya dengan Yesus.
Dengan Kasih sayang yang ada dalam dirinya ketika bertemu dengan Yesus sang perwira ini juga menunjukkan kerendahan diri. Dia tahu dirinya orang yang penuh dosa sedang berhadapan dengan sang penebus dosa yang penuh Kemuliaan, ditambah lagi bahwa tradisi pada ketika itu seorang Jahudi haram hukumnya kalau masuk ke rumah seorang kafir. Ini luar biasa; Dengan pengenalan dirinya membuahkan suatu pengakuan bahwa rumahnya tidak layak sebagai tempat persinggahan Yesus karena dia adalah seorang perwira serta kafir yang banyak berbuat dosa. Kesadaran akan kelemahan dan kekurangannya membuahkan pengakuan secara tulus, terbuka dan luar biasa ditampilkan sang perwira ini. Disini jelas terlihat bahwa Yesus terbuka bagi semua orang yang datang  dengan kerendahan, pengakuan dosa serta minta tolong.
Atas kerendahan, pengakuan dan kasih sayang yang dimiliki perwira ini Yesus heran dan berkata kepada mereka yang mengikutinya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel”. Artinya, bahwa iman orang kafir bisa saja lebih kuat dan besar dibandingkan orang Israel. Pernyataan ini disambung dengan mengatakan : Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga,sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Ini adalah hardikan sekaligus gugatan kepada orang Yahudi sebagai bangsa pilihan Tuhan, yang juga menyentuh kita orang Kristen Dewasa ini.
Kasih sayang dan ketulusan hati perwira telah mebawa berkat kesembuhan bahkan kehidupan kepada hambanya.
III.         Penutup.
1.      Jikalau orang memiliki kasih sayang, hal ini akan bisa menembus segala tembok-tembok yang membentengi hubungan baik persaudaraan sesama kita.
2.      Kasih sayang terhadap sesama akan membuahkan rasa simpati bahkan empaty terhadap orang lain serta mendorong manusia untuk bertemu dengan Tuhan Yesus datang dengan hati yang tulus, kerendahan dengan iman yang teguh. Kemudian akan bertemu denganNya dan menerima hasil dari permohonan kita.